Minggu, 18 Juni 2017

Cerpen " Titip Rindu Untuk Ayah "

Titip Rindu Untuk Ayah
 Malam ini langit tak secerah biasanya
Dari jendela aku melihat bintang-bintang tanggal satu demi satu
Berulang mengucapkan selamat tinggal
Perlahan hujan pun turun
Diiringi tetesan air mata perpisahan
Terkadang aku berfikir lebih mudah mencintai semua orang dari melupakan satu orang

            Hampir setiap malam aku selalu meluangkan waktu untuk mengisi buku diari ku. Membiarkan penaku menari-nari di atas kertas putih. Menuliskan apa saja sesuai keadaan hatiku. Malam ini tak jauh berbeda dengan malam-malam biasanya. Aku lagi-lagi menuliskan sajak-sajak kerinduanku. Kerinduan seorang anak kepada ayahnya, karena aku percaya Tuhan pasti bertanggung jawab menciptakan perpisahan, berarti siap menanggung resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk dikabulkan. Disaat sedang asyik bersama buku diarinya tiba-tiba ada suara ketukan pintu dan ternyata itu ibu.
“ Indah, kamu gak makan nak ? Dari tadi siang kamu belum makan nak, nanti kalau kamu sakit gimana ? “ kata ibu dari balik pintu
“ Iya bu, sebentar lagi indah keluar “ jawabku
Aku pun langsung membereskan buku-buku ku menyimpannya di bawah tumpukkan baju agar tidak ada yang bisa mengetahuinya termasuk ibuku sendiri.
“ Sekarang kamu makan ya nak, ini ibu udah masakkin sayur kesukaan kamu, sayur opor ayam kamu suka kan ? tadi kebetulan di warung ada ayam dua potong jadi ibu beli untuk kamu nak “ kata ibu
“ Iya bu, makasih ya bu. Kan ayamnya ada dua jadi pas deh, ibu satu Indah juga satu. Iyakan bu ? “ kata indah
“ Ibu mah makan pakai sambal aja gak apa-apa nak. Ayamnya untuk kamu aja “ kata ibu
“ lhoo .. kok ibu ngomongnya gitu sih. Indah suapin ya bu “ kata Indah
“ Hm ... Iya deh “ jawab ibu
Tuhan meskipun keadaan hatiku sedang buruk tetapi aku tidak ingin membuat ibu mengetahuinya. Aku gak mau sampai ibu tau kalau aku sedang merindukan ayah karena pasti ibu akan semakin sedih dan aku yakin ibu juga mempunyai beban tersendiri yang hanya ia dan yang maha mengetahui yang mengetahuinya.
            Di sekolah, Sama seperti hari-hari biasanya. Berangkat dengan berjalan kaki ke sekolah yang berjarak hampir 500 meter dari rumahku. Saat tiba di kelas aku langsung disambut oleh teman karibku Ani, kami teman dekat sejak duduk di bangku smp . Ia cenderung pendiam tetapi bagiku dia sangatlah baik. Tidak banyak orang yang suka berteman dengan aku di sekolah ini kecuali dirinya. Jika aku tidak masuk sekolah sehari saja atau bahkan telat semenit saja maka dialah orang pertama yang akan mencemaskanku. Aku bersyukur mempunyai teman sepertinya karena dia mau berteman dengan tulus denganku.
“ Ndah, sepulang sekolah nanti kita diundang untuk ke rumah Natasya. Katanya sih ada pesta ulang tahun “ kata Ani
“ Memangnya rumah dia dimana? “ tanyaku
“ Katanya sih di dekat Rumah Sakit Kartini, disamping lampu merah, ndah. “ sahutnya
“ Oo yasudah kalau begitu sepulang sekolah nanti kia mampir di pasar senin dulu aja. Kita cari kaos yang harganya tidak terlalu mahal, kalau gak bawa kado pastinya gak sopan kan? “ kataku
“ Oke , kalau begitu sip deh “ sahutnya
Detik berganti menit, jam berganti jam
Kring .... Kring ....
 Tak terasa bel tanda pulang sudah berbunyi kami pun bergegas menuju ke pasar untuk membeli kado. Tetapi saat melewati sebuah toko tertera bacaan “ Buy One Get One “ kami pun tertarik untuk mengunjunginya. Banyak buku-buku yang menarik disana. Akhirnya aku dan Ani pun memutuskan untuk membelikan buku sebagai hadiah ulang tahun untuk teman sekelasnya yang sedang berulang tahun itu. Hanya dengan modal uang 20 ribu rupiah saja bisa mendapatkan dua buah buku yang bagus dan menarik.
“ Semoga natasya suka ya, ni “ kataku dengan penuh harap
“ Amin “ jawabnya
Kami berdua pun langsung menuju ke rumah natasya dengan mengunakan angkutan umum. Karena rumah natasya tidak terlalu jauh sehingga hanya membutuhkan waktu 5menit saja untuk sampai di sana. Pestanya sangat meriah dan ramai. Berbagai makanan di hidangkan, berbagai jenis musik di perdengarkan mulai dari lagu daerah sampai lagu rock, semua tarian di pertunjukkan. Dan yang paling penting semuanya terlihat sangat cantik dan elegan kecuali aku dan Ani.
“ Indah, Ani kok kamu pakai baju sekolah sih ? ini kan pesta ulang tahun bukan bimbel “ kata natasya dengan nada mengejek
“ hm ... maaf ya nat, tadi kita berdua buru-buru jadi gak sempat ganti baju. Kita berdua bawa ini untuk kamu. Semoga kamu suka ya “ jawab ku seraya memberikan hadiah dariku dan Ani
“ Kado ? Paling-paling kado murahan yang di beli di pinggir jalan kan? “ kata Nafra sahabat Natasya
Aku dan Ani hanya diam tak menjawab sepatah kata pun hingga Natasya dan Nafra meninggalkan kami berdua. Dan ternyata telah tiba acara pembukaan kado. Aku dan Ani sangat antusias melihatnya. Bagaimana tidak, kami berdua tidak pernah datang ke pesta ulang tahun semeriah ini. Sekarang tiba giliran kado dari kami berdua di buka.
“ Selanjutnya Kado dari Indah Anjani dan Anita Sari yang akan di buka “ kata ibunya Natasya
“ Hah Buku ? “ Begitu kata Natasya
Wajarlah dia heran karena dia sangat tidak suka membaca buku.
“ Makasih ya Indah dan Ani, bukunya bagus banget “ kata ibunya Natasya
“ iyah tante, sama-sama. Semoga bukunya berguna ya nat “ kata kami bersamaan
“ Berguna ? gak akan, kalian tau kan aku gak suka baca buku. Terus kenapa kalian beliin akau buku? Apa karena harga buku ini murah? Nih aku balikin lagi ke kalian, aku rasa aku gak butuh ini “ kata Natasya dengan penuh keangkuhan
Mendengar jawaban Natasya yang begitu membuat aku dan Ani terasa seperti tersambar petir. Orang tua Natasya yang mendengarya pun langsung marah kepadanya, lebih-lebih ayahnya.
“ Natasya, kamu kok ngomongnya gitu sih? Ayah gak pernah ngajarin kamu untuk bersikap begitu dengan teman-teman kamu “ kata Ayah Natasya dengan nada marah
“ Udah deh, ayah itu gak usah sok ceramahin aku, ayah itu udah tua dan sakit sakitan jadi gak usah urusin hidup Natasya “ jawab Natasya
“ Natasya, kok kamu ngomongnya gitu sih sama ayah kamu? Gak baik tau “ kata ku kepadanya
“ Memangnya kenapa? Kamu itu gak usah sok pinter deh “ kata Natasya
“ Nanti kalau ayah kamu sudah gak ada baru kamu tau bagaimana rasanya. Sayangilah ayahmu selagi ia masih ada, rawat ia jika sakit bukan malah di doakan yang buruk. Sebagai anak kita juga harus hormat kepada orang tua kita. Orang tua kita bukan hanya ibu saja tetapi juga ayah yang sering kita lupakan rasa sayangnya .... “  belum selesai aku berbicara tetapi telah di potong oleh Natasya
“ Gak usah ke sini kalau cuman mau ceramah, mending sekarang kalian berdua pulang sebelum aku panggilin Satpam ke sini “ kata Natasya dengan ketus
Ani langsung menggandengku dan mengajakku keluar. Sesampainya di luar, Ani pun nangis karena malu dan gak nyangka dengan perlakuan Natasya kepada mereka berdua tadi dan merasa sangat bersalah karena telah mengajak Indah datang ke pesta ulang tahun Natasya.
“ Kalau aku tau kalau kita datang ke sini hanya untuk dipermalukan lebih baik aku bantu ibu berjuan di pasar tau ndah “ katanya sambil menangis
“ Ani, penyesalan selalu datang terakhir jadi gak usah disesalin. Apa yang terjadi sama kita hari ini sudah menjadi bagian dari skenarionya jadi jangan nangis dong ni “ kataku
“ Tapi ndah, kelakuannya Naatasya itu udah kelewatan banget. Aku ... “ kata Ani terpotong olehku
“ Udah deh mendingan sekarang kita pulang ya. Lupain semua kejadian di rumah natasya tadi ya “ kataku
Sesampainya di rumah ternyata ibu belum pulang dari pasar. Ibuku adalah seorang Single parents yang berkerja sebagai penjahit. Ibu biasanya pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk di jahit jadi wajar kalau lama sekali karena mungkin sulit untuk mencari bahan yang bagus dan murah. Aku mengganti pakaian ku menjadi pakaian rumah lalu aku bersandar di samping lemari dan akhirnya tertidur. Tiba-tiba Bruk ... Ternya ada sebuah benda yang menimpa kepalaku lantas aku pun terbangun seraya mencari tau apakah benda itu. Dan ternyata benda itu adalah album yang sudah berdebu, mungkin jatuh dari atas lemari. Rasa penasaran ku muncul saat aku melihat foto keluarga yang berdebu. Lalu kubersihkan dan ternyata itu fotoku, Ibu dan Ayah.
“ Oh Tuhan, Kenapa ibu gak pernah bilang kalau ada album foto ini? Tuhan mungkinkah kami dapat berkumpul seperti semula kembali? “ gumamku lirih
Satu persatu foto ku lihat, alangkah bahagianya aku saat kecil. Hampir tidak ada foto yang terlihat sedih di sini. Hanya ada satu foto yang terlihat aku sedang menangis ditemani ibu tetapi di foto ini usiaku sudah lebih besar dari yang ada di fotoku bersama ayah. Mungkin di foto ini ayah sudah pergi meninggalkanku. Setelah puas melihat foto-foto masa kecilku akupun memutuskan untuk menaruhnya kembali di atas lemari agar ibu tidak curiga kalau akau telah melihatnya dan agar sewaktu-waktu aku bisa melihatnya kembali. Dan dugaan ku benar tepat setelah aku menaruh album tersebut ibu telah sampai di rumah, akupun langsung membantunya membawa barang-barang yang cukup banyak ke dalam.
Malam harinya aku dan ibu duduk di kursi bambu di depan rumah. Dan ketika keheningan datang akupun datang dengan pertanyaan yang membuat ibu cukup terperangah.
“ Ibu, apakah ayah pernah duduk disini juga? Kalau ia berarti ia sedang bersama kita juga kan bu? Ibu jika ayah di surga apakah aku bisa bertemu dengannya kembali bu ? Ibu aku ingin memeluk ayah bu “ gumamku lirih
Ibu kaget bukan main ketika mendengar aku bertanya demikian karena selama ini yang ibu tau Indah jarang menanyakan soal ayahnya tetapi mengapa tiba-tiba ia bertanya begitu.
“ Indah, disini ada ibu jadi .... “ kata kata ibu terputus saat melihat Indah yang tertidur. Ternya Indah hanya mengigau. Tetapi walaupun begitu, berarti Indah sedang memikirkan ayahnya. Tetapi ibu cukup tenang karena tidak perlu menjawab pertanyaan anaknya yang sulit untuk di jelaskan itu.
Mentari ku telah muncul, burung-burung bernyanyi riang diiringi canda tawaku bersama ibu di ruang makan. Hari ini masakan ibu terlalu asin jadi Indah sepakat untuk menggoda ibu dan membuat ibu malu dan tertawa terpingkal-pingkal. Bagaimana bisa ibu memasak makanan se-asin ini karena biasanya masakan ibu sangatlah lezat. Tetapi ternyata setelah tertawa riang kini wajah ceriaku berubah 180 derajat menjadi wajah murung ketika aku mendengar ibu berkata “ Kau membuatku teringat akan ayahmu “ Spontan aku pun langsung mengatakan sesuatu pada ibu “ Ibu, katakan sesuatu tentang ayah bu. Ibu sungguh aku merindukannya “ air mataku pun sudah tak dapat ku bendung, kubiarkan membanjiri pipi ku. Alangkah terkejutnya ibu saat mendengar perkataanku. “ Sungguh bu, selama ini aku menutupinya dari ibu tapi kini aku sudah tak tahan. Ibu dimana ayahku ?” Ibupun langsung menangis “ Indah anakku, ibu janji besok ibu akan mengantarkanmu bertemu dengan ayahmu “ indah pun berseru “ Janji ya bu “ Ibu pun tersenyum kepadanya.

            Kini tibalah masanya. Waktu yang ditunggu setelah beberapa waktu lamanya. Indah dan Ibunya pergi ke suatu tempat yang entah dimana. Setelah beberapa lama kemudian sampailah Indah dan ibunya disuatu tempat dan alangkah terkejutnya Indah saat melihat ibunya membawanya ke Lapas. Indah mulai menangis dan beryanya-tanya siapa sebenarnya ayahnya. “ Ibu ayah disini? Tapi kenapa ayah disini bu? “ Ibunya hanya terdiam dan terus menggandengnya memasuki ruangan. “ Pak apa saya bisa bertemu dengan Ilham ? “ kata ibu. “ Ilham ? jadi ayahku namanya Ilham ? “ Gumam indah dalam hatinya. “ Tunggu sebentar ya bu akan kami panggilkan ? jawab salah satu polisi. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya tiba juga dan anehnya selama menunggu indah tak berbicara sepatah kata pun. “ Kardinah ? “ kata seseorang laki-laki berbadan tinggi dengan kulit kecoklatan dan rambut hitam sekilas mirip dengan indah. Sontak laki-laki itupun menangis “ setelah sekian lama akhirnya kamu mau membesuk aku juga Kardinah. Dan ini apakah ini Indah ? Indah anakku ? “ kata laki-laki itu sambil menangis. “ Ayah .... “ satu kata yang diucapkan indah dengan suara lirik diiringi tetesan air mata yang mampu membuat siapa saja yang mendengarnya gemetar haru. “ Iya nak, ini ayah “ Ayahnya pun memeluknya sambil menangis dan berkata “ Indah putriku. Kau sudah besar nak “ Indah pun membalas pelukan hangat ayahnya. Kerinduan yang dipendamnya selama bertahun-tahun akhirnya kini lepas dengan sebuah pelukan hangat oleh sosok yang selalu menjadi tanda tanyanya itu. Ibunya pun menangis dan tersungkur ke lantai karena dia merasa telah memisahkan seorang anak dan ayahnya. Ibunya pun merasa bahwa mereka berdua saling merindukan satu sama lain. “ Ayah kenapa ayah ada disini ? dan kenapa ayah gak pernah mencari Indah? Kenapa ibu gak pernah cerita tentang ayah ? dan kenapa ... “ Kata-katanya dipotong oleh ayahnya “ Maaf nak, ayah gak bisa jadi ayah yang baik buat kamu. Ayah pernah melakukan kesalahan dan ayah harus menebusnya di sini,ayah meminta ibu untuk tidak memberi tahu kamu tentang ayah karena ayah takut kamu malu punya ayah Narapidana “ kata ayahnya “ Gak yah, Indah gak malu. Indah sayang ayah, Apa ayah bisa tinggal sama-sama dengan kita lagi seoerti dulu yah ? tanya indah “ Ayah masih harus disini sampai 3 bulan lagi, setelah itu baru ayah bebas. Dan setelah bebas kita akan bareng-bareng lagi. Ayah janji ayah akan perbaiki segalanya dan ayah janji akan jadi ayah yang baik buat Indah “ jawab ayahnya. Tiba-tiba ada seseorang polisi bicara pada kami “ Maaf bu waktu besuknya sudah habis “ . “ Ayah aku dan Ibu pulang dulu ya. Jaga diri ayah baik-baik ya “ Aku dan Ibupun langsung pulang kerumah. Hari ini aku benar-benar senang karena tidak lama lagi keluargaku akan utuh kembali menjadi keluarga yang Sempurna.